gerakan revolusi nahwu (part 1)
Gerakan rekonsturksi nahwu!!
Sering kita mendengar keluhan dalam mempelajari ilmu nahwu, bahkan endatu kami masyarakat aceh berpesan “bek meruno nahwu, abeh pungo nyan” hehe “jangan belajar nahwu karena nahwu bisa buat kita gila”…gile ngak???
Lama bergelut dengan ilmu nahwu ada satu hal yang saya dapatkan: rupanya dengan perkembangan ilmu bahasa yang semakin pesat diza
man dulu, menjadikan nahwu sebagai sebagai sebuah cabang ilmu yang berdiri sendiri, jauh dari nilai makna yang dikandung kalimat, dan keunikan balghah yang merupakan keistimewaan bahasa al-Qur`an. Inilah sebenarnya penyebab utama kenapa ilmu nahwu itu terasa kering dan hampar.
Ketika belajar Bab: al-Tamyidz misalnya kita cuma diajari: kalau tamyidz itu adalah kata benda yang mansub untuk memperjelas kandungan kata atau kalimat sebelumnya..kita tidak pernah diajarkan kalau tamyidz tersebut memberikan makna yang lebih dari sisi balghah, yaitu makna: “menyeluruh” dan berlebihan dalam “ungkapan”
Contohnya: firman Allah swt : واشتعل الرأس شيبا)) “dan kepalaku telah dipenuhi uban”..kenapa Nabi Zakaria mengatakan kata uban dalam bentuk tamyidz bukan dalam bentuk Fail واشتعل شيب الرأس)) ??? karena kalimat dalam bentuk tamyidz memberikan arti menyeluruh “seluruh rambutnya telah dipenuhi uban” (seperti terjemahan diatas).. berbeda dgn bentuk Fa`il yg memberikan arti “rambut beruban” apa itu seluruhnya atau hanya sebagian saja, gak jelas?!. Seolah-olah dalam keadaan keheranan Nabi Zakaria mengatakan bagaiman aku bisa mendapatkan seorang anak dalamkeadaan seperti ini yaitu seluruh rambut telah beruban?!, contoh seperti ini banyak dalam al-Qur`an, seperti ketika Allah swt menceritakan tentang air bah yg menimpa kaum Nabi Nuh, Allah swt berfirman: وفجرنا الأرض عيونا))”kami yang telah memecahkan tanah itu dengan mata2 air”, Allah swt mengatakanya dlm bentuk tamyidz sehingga memiliki arti menyeluruh “seluruh tanah ketika itu mengeluarkan mata2 air yang menyebabkan air bah yg sangat besar menenggelamkan kaum Nuh. De el el.
Rasanya kita butuh sosok Sibawaih modern yang melakukan revolusi nahwu, mengembalikan kembali nilai, dan keindahannya yang telah lama tenggelam masa.
Supaya nahwu tdk terasa hampar coba lakukan revolusi Ini dalam proses pengajaran anda…ma`annajah.
Komentar
Posting Komentar