ayat dan surat al-Qur`an
Bab
I: Pendahuluan
- Latar
belakang
Berbicara
mengenai surat dan ayat tentunya tidak bisa lepas dari Al-Qur`an, karena memang
ini membahas mengenai hal itu, surat dan ayat merupakan bagian-bagian dari Al-Qur`an,
yang mana Al-Qur`an terdapat seratus empat belas surat dan enam ribu dua ratus
tiga puluh enam ayat, jumlah ayat dalam setiap surat tidaklah sama, ada yang
pendek yang dinamai dengan Almufashshal, sedang yang dinamai dengan Almatsanii
dengan jumlah ayat yang kurang dari seratus, dan Almiun yang jumlah ayat lebih
dari seratus, sedangkan untuk surat yang panjang dinamai Assab`atu Attiwaal
karena memang lebih panjang dari yang lain.
Surat/ayat yang diturunkan Allah
tidaklah sekali turun, namun diturunkan dengan sedikit demi sedikit ditempat
yang berbeda2 yang kita kenal dengan surat almakiyah dan surat almadaniyah.
Dalam makalah ini penyusun akan berbicara panjang lebar mengenai ayat dan surat
Al-Qur`an dan apa saja yang berkaitan dengan duanya. Allahumuwaffiq
B. Rumusan masalah
1.
Apa pengertian ayat, surat dan Al-Qur`an?
2.
Berapa jumlah surat dan ayat didalam Al-Qur`an?
3.
Sebutkan pengelompokkan surat dan ayat Al-Qur`an?
4.
Kata-kata seperti apa yang digunakan dalam pembukaan surat/ayat Al-Qur`an?
5.
Ilmu munasabah/keterkaitan antara satu ayat/surat dengan ayat/surat lainnya.
C.
Tujuan penulisan
1.untuk
mengetahui arti dari surat,ayat dan alqur`an,serta jumlah dan bagaimana surat
dan ayat dikelompokkan.
2.melengkapi
tugas wajib individu mata kuliah Al-Qur`an
Bab
I: Pembahasan
A.Pengertian
Ayat, Surat dan Al-Qur`an secara epistemologis dan terminologis
1.
Pengertian Ayat secara epistemologis dan terminologis
Secara
epistemologis Ayat memiliki beberapa makna,diantaranya:
a. Ayat
dimaknai dengan mukjizat,terdapat pada surat albaqarah ayat 21:
سل بني
إسرائيل كم آتيناهم من آية بينة
“tanyakan
kepada bani israil: berapa banyaknya tanda-tanda kebenaran (mukjizat) yang
nyata, yang telah kamu berikan kepada mereka”
b. Ayat
dimaknai dengan alamat atau tanda, seperti dalam surat Al-baqarah ayat 248:
إن
آية ملكه أن يأتيكم التابوت فيه سكينة من ربكم
“sesungguhnya
tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya sabut kepadamu,yang didalamnya
terdapat ketenangan dari tuhanmu”
Maka dinamakan ayat Al-Qur`an dengan
sebutan ayat karena ayat itu merupakan tanda selesainya sebuah kalam/firman
Allah swt dengan kalam yang lainNya.
- Ayat
dimaknai juga dengan jamaah/sekumpulan manusia, seperti kalimat yang
sering dikatakan oleh orang arab: ذهب القوم بآياتهم yaitu mereka pergi dengan jamaah mereka, oleh karena itu
dinamakan ayat Al-Qur`an dengan sebutan ayat karena ayat merupakan
kumpulan dari huruf-huruf.
Sedangkan
secara terminologis ayat adalah kumpulan lafadz yang memiliki permulaan dan
akhiran yang terhimpun dalam sebuah surat alqu`an.[1]Imam
Attahaanawy menukilkan dari kitab Jaami` Arrumudz, beliau berkata: ayat secara
istilah berarti: apa-apa yang jelas awal dan akhirnya secara tauqify dari
sekelompok firman Allah swt dengan tanpa nama.[2]
Pendapat yang tepat mengenai
permasalahan ini, berakhirnya sebuah ayat diketahui secara tauqify dari wahyu
sebagaimana halnya sebuah surat. Imam Al-dzamakhsyari berkata: “ayat-ayat itu
diketahui secara tauqify, dan tidak ada kesempatan untuk melakukan qiyas
didalamnya, mereka menghitung (آلم) sebuah
ayat, sedangkan mereka tidak menghitung (آلر)
sebuah ayat.[3]
Kadangkala
para sahabat menggunakan lafadz ayat untuk menyebutkan potongan dari ayat, sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ra: ayat yang paling sangat diharapkan dalam Al-Qur`an
adalah firman Allah swt:[4]
وإنّ ربك لذو مغفرة للناس على ظلمهم .... (الأية)
“ dan
sesungguhnya tuhanmu benar-benar memiliki ampunan bagi manusia atas kedhaliman
mereka”
Ini adalah potongan ayat ke-6 dari surat arra`du, Ibnu Abbas
menyebutkannya ayat secara majaz.
2. Pengertian
surat secara epistemologis dan terminologis
Secara
epistemologis, para ulama berselisih pendapat mereka mengenai asal kata dari
surat itu sendiri:
- Sebagian
mereka mengatakan surat diambil dari kata: سور المدينةsuur almadinah
(pagar kota) dinamakan surat karena dia
meliputi ayat sebagaimana pagar meliputi apa yang ada didalamnya.
- Ada
juga yang mengatakan surat diambil dari kata سورة suurah (kedudukan/kemuliaan) karena surat merupakan kalamullah yang sangat
tinggi kedudukannya, diturunkan dari tempat yang tinggi dan dengan
membacanya orang tersebut akan terus beranjak dari satu
kedudukan/kemuliaan ke kemuliaan yang lainnya.
- Sebagian
para ulama yang lain mengatakan surat diambil dari kata: السؤر assu`ru (bekas minuman
didalam bejana) dinamakan demikian karena surat merupakan bagian dari
alqur`an dan potongan darinya, mereka mengatakan hamzah yang terdapat di
huruf waw dihilangkan untuk mempermudah bagi yang membacanya.
Sedangkan
secara terminologis disini penyusun mencantumkan beberapa defenisi para ulama
mengenai surat yang penyusun pandang lebih dekat dengan kebenaran, diantaranya:
Imam
Al-Ja`bary berkata: “surat adalah sekumpulan ayat-ayat Al-Qur`an yang berdiri
sendiri dan memiliki pembuka dan penutup mencakup beberapa ayat yang paling
sedikitnya tiga ayat.[5]
Ada juga pendapat sebagian para ulama yang mengatakan: “surat adalah bagian
dari firman Allah swt yang diturunkan kepada nabiNya,yang jelas awal dan
akhirnya secara tauqify, baik itu dari Alqur`an ataupun kitab lainnya”.[6]
3.
Pengertian Al-Qur`an secara epistemologis dan terminologis
Adapun mengenai defenisi Al-Qur`an
secara epistemologis,yang masyhur dari sekian pendapat para ulama mengenai
masalah ini lafadz Al-Qur`an merupakan kata masdar pecahan dari kata: قرأ- يقرأ – قراءة – وقرآنا (membaca),kata
قرأ qaraa itu
sendiri berasal dari kata القرء alqur
u yang berarti mengumpulkan atau menghimpun, sebagaimana firman Allah swt:[7]
إن علينا جمعه وقرآنه فإذا قرأناه فاتبع قرآنه
“sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya dan
(didadamu) dan membacakannya. Apabila kami telah membacakannya maka ikutilah
bacannya”
Imam Al-Dzarkany berkata: “adapun lafadz alqur`an dari segi bahasa
merupakan sinonim kata alqiraah (bacaan) kemudian lafadz ini berkembang
penggunaannya dari kata masdar menjadi nama/`alam untuk kitab yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw”.[8]
Adapun
kaitan nama alqur`an secara bahasa dengan nama Al-Qur`an sebagai sebuah istilah
adalah Al-Qur`an dinamakan demikian karena dia menghimpun surah-surah,ayat ayat
dan huruf2 arab.
Adapun
mengenai defenisi Al-Qur`an secara testimologos/istilah, para ulama mengenai
hal ini telah memberikan banyak defenisi yang saling berbeda antara satu dengan
lainnya disebabkan oleh perbedaan sudut pandang mereka dalam menglihat Al-Qur`an
itu sendiri.
Mungkin kita bisa menyimpulkan defenisi-defenisi
tersebut dalam sebuah pengertian, yaitu Al-Qur`an adalah firman atau kalam
Allah swt yang diturunkan kepada baginda Muhammad saw dengan lafadz dan
maknanya,yang tertulis dalam sebuah mushaf yang dinukilkan kepada kita secara
mutawatir, dimulai dengan surat alfatihah dan berakhir dengan surat annas, dinilai
ibadah bagi yang membacanya, dan merupakan mu`jizat walaupun surat yang paling
pendek darinya.
B. Jumlah Surat
dan Ayat dalam Al-Qur’an
Mengenai bilangan surat,
jumhur ulama terkecuali golongan Syi’ah
– menetapkan sebanyak seratus empat belas surat (114) sebagaimana yang terdapat
didalam mushaf utsmani, dimulai dengan surat alfatihah dan berakhir dengan
surat an-nas,imam mujahid berkata:jumlahnya seratus tiga belas surat (113)
dengan menjadikan surat alanfaal dengan surat attaubah satu surat,karena
keserupaan antara keduanya dan tidak adanya basmalah yang memisahkan antara
satu dengan lainnya,dan hal in tentunya terbantahkan dengan praktek rasulullah
saw yang membacakan bismilah ketika membaca dua surat diatas. Sedangkan dalam
mushafnya ubay bin ka`ab terdapat 116 surat beliau menjadikan doa istiftah dan
qunut yang terdapat di akhir mushaf sebagai dua surat. Yang terakhir ini
merupakan pegangan syiah dalam menentukan jumlah surat Al-Qur`an. Mereka menetapkan
seratus enam belas surat (116) dengan memasukkan dua surat qunut yang dinamai
Al Khal dan Al Hafd itu kedalam surat-surat Alqur`an.
Menurut
pentahkikan Abu Bakar Al Baqillany dalam kitab I’jazul Al-Qur’an,
do’a qunut itu bukan lafadz yang diterima dari Allah, hanya lafadh Nabi
sendiri. Walaupun diakui Nabi mempunyai susunan bahasa yang indah, menarik,
fasih, dan baligh, namun tidak dapat menyamai uslub (pola) bahasa Al-Qur’an
ciptaan ‘alam ghaib, dari Allah yang Maha Kuasa.[9]
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlat ayat dalam Al-Qur’an.
Menurut ibnu abbas berjumlah sebanyak 6616 ayat. Adapun menurut keterangan yang
masyhur berjumlah 6666 ayat jumlah ini pada umumnya yang paling mudah diingat
oleh orang islam walaupun pada dasarnya jumlah yang seperti ini tidak ada dasar
dalam syariat dan hanyalah sebuah kebohongan belaka. Para ulama sepakat angka
depan dari jumlah ayat yaitu 6000, tetapi angka berikutnya diperselisihkan. Diantara
mereka ada yang menghitung 6213 ayat yaitu hitungan menurut
penduduk Mekah, ada juga 6214 ayat
menurut penduduk Madinah, ada juga yang menghitung 6216 menurut penduduk Basrah,
dan ada juga 6236 menurut penduduk Kufah, hitungan yang terakhir ini sesuai
dengan mushaf yang banyak beredar di saat ini.
Alasan perbedaan jumlah ayat ini diantaranya adalah:
1.Karena Nabi Muhammad SAW pada
suatu ketika mewaqofkan pada akhir suatu ayat (Fashilah), ketika sudah
dimaklumi oleh para sahabat banyak dilain waktu beliau me-washal-kannya
(menyambungn ya). Oleh sebagian sahabat menduga itu bukan akhir ayat.
2.Para ulama juga berbeda pendapat
dalam menghitung Fawatih as suwar (permulaan surat) yang terdiri dari
huruf hijaiyah (Al-Ahruf Al-Muqaatha’ah).
Sebagian ulama menghitung Fawatih As-Suwar tersebut sebagai satu
ayat dan ulama lain tidak menghitungnya satu ayat. Seperti contoh sebagian
ulama menghitung المص suatu ayat
tetapi mereka tidak menghitung المر
suatu ayat.
3. kemudian perbedaan pendapat
mereka dalam menghitung basmalah, apakah basmalah dikategorikan ayat
untuk setiap surat ataupun tidak?[10]
Sedangkan jumlah kata-kata yang
terdapat dalam Al-Qur`an menurut hitungan para ahli 77439 ( tujuh puluh tujuh
ribu empat ratus tiga puluh sembilan), sedangkan hurufnya 323015 (
tiga ratus dua puluh tiga ribu lima belas). Hitungan mengenai kata-kata dan
jumlah huruf al-qur`an ini berdasarkan hitungan para qurra` basrah atas
permintaan alhajjaj bin yusuf.
C. Pengelompokan Surat – Surat Alqur`an
Para sahabat membagi surat-surat Al-Qur’an
menjadi 4 (empat) bagian,pembagian ini
sendiri pernah disebutkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang bermakna
:11[11]
“ telah diberikan kepadaku As- Sab`u Attiwal sebagai pengganti Taurat,Almiun
sebagai pengganti Injil, Almatsani sebagai pengganti Zabur,dan Allah swt
melebihkanku dengan surat-surat Al -Mufasshal”
Dari hadits
diatas kita bisa mengklarifikasikan surat-surat Al-Qur`an menjadi empat
kelompok, yaitu:
Pertama (As-Sab`ut Thiwal), surat yang panjang dan
memang panjang dari yang lain. Ada tujuh surat yaitu: Al-Baqarah, Ali Imran, An
Nisa, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf, dan Asy-Syura.
Kedua (Al miun), surat-surat
yang terdiri dari seratus ayat atau lebih, atau mendekati seratus ayat, seperti
surat Hud 123 ayat, Yunus 109 ayat dan Yusuf 111 ayat.
Ketiga (Al Masani), surat-surat yang kurang
dari seratus ayat. Disebut Al Masani karena lebih banyak diulang daripada Al
Tiwal maupun Al Masani seperti surat Luqman, As-Sajadah dan Al-Fath.
Faedah: alqur`an secara keseluruhannya juga disebut Al-matsani,seperti
firman Allah dalam surat adz-dzumar:23,yang berbunyi:
كتابا متشابها مثاني
“kitab yang serupa (ayat-ayatnya) dan berulang ulang”
Disini
Alqur`an dinamakan matsani karena banyak kabar dan cerita didalamnya yang
sering diulang-ulang seprti halnya kabar/cerita mengenai para nabi dan rasul.
Seperti itu juga surat Al-Fatihah dinamakan dengan Assab`u Almatsani karena dia
sering kali diulang dalam setiap rakaat shalat,wallahu`alam.
Keempat (Al Mufashsal), yaitu surat-surat yang
pendek dalam Al-Qur’an. Surat pendek itu disebut Al mufashal karena banyaknya pemisah
diantara surat-surat itu dengan basmalah. Al Mufashal dimulai
dari surat Al Hujarat sampai akhir Al-Qur’an.
Al mufashal dibagi menjadi tiga:12[12]Thiwal ( yaitu Mufashal
yang panjang-panjang) dimulai dari surat Al-Qaf sampai Al-Buruj. Ausath (yaitu Mufashal
yang sedang) dimulai dari surat Al-Tariq sampai Al-Bayyinah. Qishar (yaitu Mufashal
yang pendek-pendek) dimulai dari Az-zalzalah sampai surat An-Nas. Pendapat yang
mengatakan thiwal almufashal dimulai dengan surat al-qaf dirajihkan oleh para
ahli hadits karena banyaknya dalil/atsar yang menguatkannya.
D. Surat/Ayat Makiyah dan Madaniyah
Pada umumnya, para ulama membagi macam-macam surah Al-Qur’an menjadi
dua kelompok, yaitu surat Makkiyah dan Madaniyah. Mereka berbeda pendapat dalam
menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan, bahwa
surah Makkiyah ada 94 surah, sedang surah Madaniyah ada 20 surah, sebagian
ulama lain mengatakan jumlah surah Makkiyah ada 84 dan Madaniyah ada 30.
Dr. Abdullah Syahatah dalam bukunya Al-Qur’an Wat
Tafsir mengatakan surah-surah Al-Qur’an yang disepakati para ulama
sebagai surah Makkiyah ada 82 dan Madaniyah ada 20. Sedang 12 surah lagi masih
diperselisihkan status Makkiyah dan Madaniyahnya.13[13]
Dalam
pengertian ini terdapat empat teori yang digunakan para ulama dalam menentukan
surah Makkiyah dan surah Madaniyah,yaitu:
1. Teori geografis (Tempat)
Makkiyah
adalah ayat-ayat yang turun di Makkah baik ketika Nabi Muhammad saw sudah
ataupun sebelum hijrah ke Madinah.Sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat
Al-Qur’an yang turun di Madinah dan sekitarnya. Menurut teori ini yaitu di
daerah Badar, Quba, Uhud, dan lain-lain dikategorikan kedalam surat Madaniyah.
Kelebihan teori ini: ialah rumusan
pengertian makkiyah dan madaniyah ini jelas dan tegas. Semua ayat Al-Qur’an
yang turun di Makkah dinamakan Makkiyah meskipun Nabi Muhammad sudah hijrah ke
Madinah.
Sedangkan
kelemahan teori ini ialah rumusannya tidak mampu mencakup seluruh ayat-ayat
Al-Qur’an, karena terdapat jumlah ayat Al-Qur,an yang diturunkan di luar
kawasan Makkah dan Madinah.14[14]
2. Teori subyektif (Orang)
Menurut teori ini, yang dinamakan Makkiyah ialah
ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi khitab atau panggilan yang ditujukan kepada
orang-orang Makkah, dengan memakai kata “hai orang kafir dan wahai anak cucu
Nabi Adam”.
Sedangkan yang dimaksud dengan Madaniyah adalah
ayat-ayat Al-Quran yang berisi seruan atau panggilan kepada penduduk Madinah.[6] Semua ayat yang dimulai dengan kata “wahai orang-orang yang
beriman” termasuk Madaniyah.15[15]
Kelebihan dari teori ini ialah rumusannya lebih
mudah dimengerti. Sebab, dengan memakai kriteria khitab dan
panggilan lebih nampak dan lebih cepat dikenal.
Sedangkan kelemahan dari teori ini ialah,rumusan
kriterianya tidak dapat dijadikan batasan, karena bisa mencakup seluruh ayat
Al-Qur’an. Serta rumusan kriterianya juga tidak dapat berlaku secara
menyeluruh, karena tidak semua ayat yang dimulai dengan panggilan : wahai umat
manusia pasti makkiyah demikian pula yang dimulai dengan panggilan : wahai
orang-orang yang beriman pasti madaniyah. Oleh karena itu teori ini tidak mudah
dipegang dan dipertanggung-jawabkan. [16]
3. Teori historis (waktu)
Pengertian
Makkiyah menurut teori ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum
hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah, meski turunnya ayat-ayat tersebut di luar
Makkah, seperti yang diturunkan di Arafah, Mina, dan Hudaibiah.
Sedangkan
Madaniyah adalah ayat-ayat yang
diturunkan setelah hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah meskipun turunnya di
Makkah atau Madinah dan sekitarnya seperti ayat-ayat yang turun di Arafah,
Badar, dan Uhud.
Kelebihaan
teori ini, dinilai para ulama sebagai teori yang baik dan benar. Sebab teori
ini mencakup keseluruhan ayat Al-Qur’an, tidak ada sebuah ayatpun yang tidak
tercakup dalam rumusan teori ini. adapun kekuranganya tidak ada batasan turun
sebelum atau sesudah hijrah Nabi Muhammad saw.17[17]
4. Teori konten analisis (Isi)
Pengertian
Makkiyah menurut teori ini ialah ayat Al-Qur’an yang berisi tentang kisah-kisah
para Nabi, Rasul dan umatnya pada masa lalu. Al-Qur’an yang berisi tentang
hukum, hudud, faraid dan sebagainya.18[18]
Kelebihan dan Kelemahan Teori ini
Kelebihan
dari teori ini adalah, bahwa kriterianya jelas dan mudah dipahami. Orang
tinggal melihat tanda-tanda tertentu, nampak atau tidak dalam surat/ayat,
sehingga demikian mudah menentukan.[8]
Kelemahannya,
pelaksanaan pembedaan makkiyah dan madaniyah menurut teori ini tidak praktis.
Sebab orang harus mempelajari dulu isi kandungan masing-masing ayat, baru bisa
mengetahui kategorinya.[19]
Adapun secara lebih
rincinya pembahasan ini sudah pernah dikemukakan oleh para pemakalah
sebelumnya,penyusun disini hanya menyebutkannya secara ringkas dengan sedikit
tambahan dengan harapan memberikan faedah/manfaat untuk yang lainnya.
E. Kata-Kata Pembuka Surat
Penyusun disini sedikit ingin mengklarifikasikan
surat menurut kata-kata pembukanya, yang bisa kita rincikan sebagai berikut:
- Ada dua puluh sembilan surat
(29) yang permulaannya diawali dengan huruf almuqattha`ah[20], seperti: surat
albaqarah,ali imran,al`anqabut,al-rum,luqman, assajdah, al-a`raaf,
yunus,hud,yusuf,ibrahim,alhajr,arra`du,maryam,thaha,al-syu`ara,al-qasas,al-naml,
yaasin, shad, ghafir, fushshilat, al-dzukruf,al-jatsiyah,al-ahqaaf,
al-syuraa,qaaf, dan surat alqalam.
- Ada lima surat yang dimulai
dengan kata الحمد
(pujian),seperti:surat Al-Fatihah, Al-An`am, Al-Kahfi, Saba`,dan Faathir.
- Ada tujuh surat dalam alqur`an
yang dimulai dengan ucapan-ucapan tasbih terhadap sang pencipta seperti
kata:سبّح – يسبّح – سبحان ,diantaranya:
surat Al-Isra`, Al-A`la, At-Tagabun, Al-Jum`ah,Ash-Shaf,Al-Hasyr,dan Al-Hadid.
- Tiga surat
dimulai dengan kalimat: ياأيها النبي (wahai nabi), yaitu: surat Al-Ahzab, At-Talaq,
dan surat At-Tahriim.
- Dua
surat dimulai dengan kalimat : ياايها المزمل
dan ياأيها المدثر,yaitu surat Al-Muzammil,
dan surat Al-Mudatsir.
- Tiga
surat dimulai dengan kalimat : ياأيها الذين أمنوا
(wahai orang-orang yang beriman), yaitu: surat Al-Maidah, Al-Hujarat,dan Al-Mumtahinah.
- Ada
lima surat yang dimulai dengan kata: قل
(katakanlah), yaitu: surat Al-Jinn, Al-Kafirun, At-Tauhid/Al-Ikhlas, Al-Falaq,dan
surat An-Naas.
- Dua
surat dimulai dengan: ياأيها الناس
(wahai manusia) yaitu: surat annisa` dan surat alhajj.
- Ada lima belas surat (15) yang
dimulai dengan kata-kata sumpah,seperti: surat Adz-Dzariyat, Al-Thur, An-Najmu,
Al-Mursalat, An-Nazi`at, Al-Buruj, At-Tariq, Al-Fajr, Al-Syamsu, Al-Lailu,
Al-Dhuha, Al-Tiin, Al-`Adiyaat, Al-`Ashr, dan surat Al-Shaffaat.
- Dua surat dimulai dengan kata: تبارك (maha suci),yaitu: surat almulk dan
surat al-furqan.
Faedah: Dua puluh sembilan surat Al Qur-an yang dimulai
dengan huruf hijaiyah pada poin yang pertama, diantaranya ada yang dimulai
dengan satu huruf saja ,dua,tiga,empat hingga lima huruf, 27 dari 29 surat itu
turun di Makkah dan 2 dari padanya turun di Madinah yaitu albaqarah dan ali
imran. Jumlah huruf hijaiyah yang dijadikan pembuka surat itu ada 14 semuanya,yang
bisa diringkaskan dalam kalimat berikut ini: صحّ
طريقك مع السنة (jalanmu akan benar bersama sunnah)
Maka apakah penafsirannya?
Az Zamakhsyary berkata dalam Tafsirnya, mengenai
huruf ini dari beberapa pendapat:
Pertama: sebagai nama surat,sebagaimana yang pernah
dikatakan oleh baginda rasulullah saw:
اقرءوا
حم السجدة...(الحديث)
“ bacalah surat haamiiim assajdah”
Kedua: sumpah Allah. Tuhan bersumpah dengan dia,dengan manjadikan huruf
ini sebagai nama dari nama-nama Allah swt.
Ketiga: disebut huruf itu dipermukaan surat, supaya menarik perhatian orang yang
diperdengarkan Al Qur-an kepadanya.Dan didalamnya ada makna attahaddi (menantang),seolah-olah
Allah swt ingin mengatakan Alqur`an yang kalian dengar ini terdiri dari huruf
yang sering kalian gunakan dalam percakapan seharian,bisakah kalian mendatangkan
satu surat saja yang serupa dengannya?!,jadi menurut penafsiran yang terakhir
ini huruf almuqatta`ah di awal surat itu tidak memiliki makna akan tetapi dia
memiliki tujuan (almagdza).
As Sayuthy menerangkan, yang demikian itu suatu
rahasia dari rahasia-rahasia yang hanya diketahui oleh Allah sendiri,ini
merupakan penafsiran kebanyakan para sahabat dan para ulama salaf
terdahulu,seperti abu bakar,umar,ibnu mas`ud dll. Mengenai hal ini imam As Sayuthy menukilkan beberapa pendapat
Ibnu Abbas. Seperti penafsiran beliau mengenai beberapa huruf almuqatta`ah ini:
Makna: (آلم) alif lam mim = Ana Allahu Alamu = Akulah Allah Yang Lebih
Mengetahui. Makna:(آلمص
) alif lam mim shaad = Ana
Allahu A’lamu wa Afshifu = Aku Allah, Aku Mengetahui dan menjelakan Segala
Perkara.
Makna:(آلر ) alif lam ra =
Ana Allah Ara = Aku Allah, Aku Melihat.
Kemudian As Sayuthy menerangkan juga bahwa
sebagian dari huruf-huruf tersebut nama Allah, seperti Qaf,Tha Sin Mim, Alif
Lam Mim Shaad.20
F.
Penyusunan Ayat dan Surat berdasarkan wahyu (tauqify)
Telah dinukilkan ijma` ulama kaum muslimin mengenai penyusunan
ayat-ayat dalam sebuah surah,ataupun penyusunan surah dalam sebuah mushaf
disusun secara tauqifi (berdasarkan wahyu),[21]
bukan disusun oleh para sahabat dengan tanpa memperhatikan waktu dan tempatnya
itu diturunkan sebagaimana yang didakwakan oleh mereka yang ingin menyusupkan keraguan
kedalam ajaran Islam. Disini penyusun ingin sedikit menyebutkan beberapa dalil
yang menguatkan pendapat yang mengatakan alqur`an itu disusun secara tauqify,
sedangkan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar pada masa kekhalifahannya hanya
mengumpulkan Alqur`an yang tertibnya telah ada dan diketahui sebelumnya,diantara
dalil-dalil tersebut:
1. Diriwayatkan dari Utsman bin abi
Al-ash beliau berkata: suatu hari saya duduk bersama Rasulullah saw, beliau
bersabda: Jibril mendatangiku dan memerintahkanku untuk meletakkan ayat ini
pada tempat dari surah yang ini, ayat yang dimaksudkan adalah firman Allah swt
dalam surat an-nahlu 90:[22]
إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى
.....(الأية)
2.
hadits Zaid bin Tsabit beliau
berkata: ketika menulis surah al-ahzab hilang dariku satu ayat dari surah
al-ahzab (yaitu ayat 23 dari surah al-ahzab), kemudian aku mendapatinya bersama
Khuzaimah bin Tsabit alanshary, kemudian kami meletakkannya pada tempat
suratnya dalam Al-Qur`an.[23]
3.
Atsar Abdullah bin Zubair: aku
pernah bertanya kepada Utsman bin Affan mengenai ayat 240 dari surah Al-Baqarah:والذين يتوفون منكم ويذرون أزواجا.....)), aku berkata: ayat
ini telah mansukh dengan ayat yang lainnya kenapa engkau masih menulisnya dalam
Alqur`an, maka beliau berkata: wahai anak saudaraku,tidaklah berhak bagiku
untuk merubah-ubah sesuatu dari tempatnya.[24]
4.
Diantara dalilnya juga,seringkali
dalam Al-Qur`an ayat annasikh datang dalam satu surat sebelum ayat yang
dimansukhkan,seperti ayat 234 dari surah al-baqarah yang memansukhkan ayat 240
dari surah al-baqarah juga, kalau sekiranya tertib surat itu atas dasar ijtihad
para sahabat tentunya mereka akan meletakkan ayat annasikh setelah ayat yang
dimansukhkan sesuai dengan kaedah dalam ilmu naskh wa mansukh.wallahu`alam. dan
masih banyak dalil-dalil lainnya yang tidak kita sebutkan disini.
G. Munasabah
(keterikatan) antara ayat/surat dengan ayat/surat lainnya.
1 pembahasan
mengenai hal ini seringkali dibicarakan dalam bidang ilmu tersendiri yang
dinamakan dengan Ilmu Tanasibul Ayat wa Suwar, akan tetapi penulis disini ingin
memaparkan sedikit masalah munasabah karena eratnya keterkaitan antara judul
makalah dengan ilmu munasabah tersebut. Kemudian pembahasan inipun dipelajari
oleh para ulama atas dasar penyusunan ayat dan surah alqur`an itu secara
tauqify.
1.pengertian
munasabah.
Secara
etimologi munasabah berarti al-musyakalah (kesurupan) dan al-muqorobah
(kedekatan). [25]Munasabah
berarti menjelaskan korelasi makna ayat-ayat atau antara surat, baik korelasi
itu bersifat umum atau khusus; rasional (aqli) indrawi (hissiy), atau imajinaif
(khayali) atau korelasi berupa asbabun nuzul dan al musabab, ‘ilat dan ma’lul;
perbandingan dan perlawanan. Munasabah berupaya menangkap korelasi satu uraian
dalam al-Qur’an yang diperkuat maknanya oleh uraian yang lain sehingga nampak
seperti bangunan yang setiap bangunnya menopang bagian yang lainnya. Secara
singkat munasabah dapat kami artikan sebagai relevansi hubungan atau
keterkaitan antara ayat-ayat dengan ayat/surat lain yang tersusun secara
taufiqi bagaikan untaian kalung yang menakjubkan.Seorang ulama yang sangat
berjasa dalam ilmu ini adalah Burhanudin Al-Biqo’idin.
Untuk lebih memperjelas pemahaman akan ilmu munasabah, kami kira perlu menambahkan pendapat –pendapat para ulama kaitannya dengan imu ini. Secara garis besar ada dua pendapat dikalangan ulama tentang Ilmu Tanasibul Ayat Was Suwar:
a.Pendapat
yang menyatakan bahwa setiap ayat atau surat selalu ada relevansi dengan ayat
dan surat yang lainnya. Ulama yang berpendapat seperti ini diantaranya yaitu : Abu
Bakar Al-Naisaburi (wafat tahun 324 H), Muhammad ‘Izal Daruzah, Asy-Syatibi,
dll.
b.Pendapat
yang mengatakan munasabah itu tidak selalu ada. Hanya memang sebagian besar
ayat-ayat dan surat-surat ada munasabahnya satu sama lain. Yang mewakili
pendapat ini antara lain : Dr. Shubhi Al-Shahih, Syaikh Izzudin bin Abd As-Salam,
dll.
2.
macam-macam munasabah
a.Munasabah
Antar Surat
Sebagaimana
yang telah kami bahas didepan bahwa terdapat hubungan antara surat-surat dengan
surat lainnya dlaam al-Qur’an walau terdapat perbedaan tentang ada dan tidaknya
munasabah antar surat. Ada yang berpendapat bahwa mudah mencari hubungan antar
ayat, tetapi sukar sekali mencari mencari hubungan antar surat. Memang mencari
relevansi antar surat tidaklah mudah karena surat merupakan kumpulan ayat.
Banyak ulama yang menyatakan adanya kerumitan dan kesulitan didalam memahami
munasabah antar surat Al-Qur’an. Oleh karena itu hanya sedikit ulama tafsir
yang mengungkapkan adanya munasabah antar surat. Mereka cukup mencari adanya
dua lafadh yang sama atau adanya dua ayat yang sebanding didalam kedua surat
yang berurutan letaknya. Baik dua lafadh dan dua ayat yang serupa/sebanding itu
terdapat dipermulaan atau pertengahan atau dipenghabisan surat. Untuk jelasnya
kami ambilkan contoh-contoh beberapa surat yang ada hubungannya satu sama lain.
1).Munasabah
antara surat Al-Fath dengan surat sebelumnya (Al-Qital) dan dengan surat
sesudahnya (Al-hujurat). Surat Al-Qital sebagai prolog tentang peperangan kaum
muslimin dengan musyrikin Arab, surat AL-Fath yang berisi perdamaian
Hudaibiyah, bukan pembebasan kota Makkah, sedangkan surat Al-Hujurat sebagai
follow upnya yang mengatur bagaimana seharusnya umat islam.
2).Sebagian
ahli tafsir berpendapat bahwa antara surat Al-Isra’; yang dimulai dengan tasbih
ada munasabahnya dengan surat Al-Kahfi yang dimulai dengan tahmid. Sebab tasbih
biasanya didahulukan dari tahmid.
3).Ada
juga yang berpendapat bahwa permulaan surat Al-baqoroh adalah isyarat munasabah
kepada lafazd yang ada disurat Al-Fatihah ayat keenam seolah-olah mereka mohon
petunjuk kejalan yang lurus, maka diterangkan kepada mereka bahwa jalan yang
lurus yang mereka mohon itu adalah Al-Qur’an.
4).Mereka
juga mengatakan bahwa surat Al-Kaustar mrerupakan imbangan dari surat Al-Ma’un
sebab pada surat yang dahulu (AL-Ma’un) terdapat sifat-sifat orang-orang
munafik sebanyak empat ialah kikir, tidak sembahyang, melakukan sholat dengan
riya’, dan enggan mengeluarkan zakat maka didalam surat Al-Kaustar disebut
sebagai imbangan sifat kikir disebut sebagai imbangan dengan meninggalkan
sholat, dan disebut (untuk keridhoan Tuhanmu) sebagai imbangan dengan sifat
riya’, disebut juga (berkurbanlah) sebagai imbangan sifat enggan membayar
zakat.
b.Munasabah
Antar Ayat
Ayat-ayat
Al-Qur’an telah tersusun sebaik-baiknya berdasarkan petunjuk dari allah SWT
sehingga pengertian tentang suatu ayat kurang dapat dipahami begitu saja tanpa
mempelajari ayat-ayat sebelumnya. Kelompok ayat yang satu tidak dapat
dipisahkan dengan kelompok ayat berikutnya. Antara satu ayat dengan ayat
sebelum kelompok ayat berikutnya. Antara satu ayat dengan ayat sebelumnya dari
sesudahnya mempunyai hubungan yang erat dan kait mengait, merupakan mata rantai
yang sambung menyambung. Hal inilah yang disebut dengan istilah munasabah ayat.
Kami
berikan beberapa contoh adanya munasabah antara ayat :
1).Firman
Allah dalam surat Al-Ghosiyah ayat ke 17-20 :
Yang
artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan onta bagaimana dia diciptakan
? dan langit bagaimana ia ditinggikan ? dan gunung-gunung bagaimana ia
diletakkan ? dan bumi bagaimana ia dihamparkan ? ”(QS. AL Ghosiyah 17-20)
Al-Zarkasyi
menunjukan adanya munasabah antara ayat-ayat tersebut,dengan menyatakan bahwa
masyarakat Badui yang hidup primitive pada waktu turunnya Al-Qur’an, binatang
onta adalah sangat penting untuk kehidupan mereka dan onta itu memerlukan air.
Itulah sebabnya mereka selalu memandang ke langit untuk mengharapkan hujan
turun. Mereka juga memerlukan tempat aman untuk berlindung. Dan tempat itu
tiada lain kecuali gunung-gunung. Kemudian mereka selalu berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lainnya untuk kelangsungan hidup mereka (nomaden).
Maka apabila seorang badui melepaskan khayalnya, gambar-gambar disebut diatas
akan terlihat dimukanya, sesuai dengan urutan ayat-ayat tersebut.[26]
2).
Seperti itu juga munasabah antara ayat pertama dan kedua dari surat alisra`
Wallahuta`ala
`alam.
BAB III
KESIMPULAN
Secara Epistemologis, surat
memiliki beberapa makna, antara tempat pemberhentian, kemuliaan, bangunan yang
tinggi, dan indah, tanda serta tulang bangunan tembok. Sedangkan
secara terminologi, surat adalah sekumpulan ayat-ayat
Al-Qur’an yang berdiri sendiri dan memiliki pembuka dan penutup.
Bilangan surat dan
ayat yaitu seratus empat belas (144) surat dan enam ribu enam ratus enam puluh
enam (6666) ayat.
Surat
dikelompokan menjadi empat, yaitu As-Sa’but Thiwal (Surat yang
panjang dan memang panjang dari yang lain),Al miun (Surat yang
terdiri dari seratus ayat atau lebih dan yang mendekati seratus
ayat), Al Masani (Surat yang kurang dari seratus ayat), Al
Muufashsal, (Surat yang pendek).
Surat
dibedakan menjadi dua, yaitu Surat Makkiyah dan Madaniyah. Menurut para ulama
terdapat empat teori mengenai pembedaan surat Makkiyah dan Madaniyah, yaitu
teori Geografis (Tempat), Subyektif (Orang), Historis (Waktu), dan Konten
Analisis (Isi).
Untuk
mengetahui apakah sebuah surat termasuk Surat Makkiyah atau Madaniyah harus
mencari penjelasan tentang itu melalui penjelasan para Sahabat atau Thabi’in
yang meriwayatkannya. Selepas dari hal itu dapat juga dilihat dari sifat
umumnya yaitu panjang pendeknya surat dan kata pembuka dalam surat.
Mengenai
keuntungan mengetahui Makkiyah dan Madaniyah antara lain bisa mengetahui mana
surat yang turun terlebih dahulu dan bisa mengetahui ditetapkannya suatu hukum.
Permulaan
surat ada yang dimulai dari satu huruf saja hingga lima huruf, 27 dari 29 itu
turun di Makkah dan 2 dari itu turun di Madinah. Jumlah huruf hija-iyah yang
dijadikan pembuka surat itu ada 14 semuanya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Alqur`an Alkarim.
Badruddin Muhammad bin
Abdillah Adz-dzarkasyi, alburhan fii `ulum Al-qur`an,maktabah
al`ashimah,Bairut.2006.
Jalaluddin
as-sayuti, alitqan fii `ulum alqur`an ,maktabah al`ashimah,Bairut. 2003.
Munawir , Fahrul, Al-qur’an (Yogyakarta:
Pokja Akademik, 2005)
Gemery Watt, W. Mont, Pengantar Study
Al-qur’an (Jakarta: CV. Rajawali,1991)
Ashshiddiqy Hasbi, Al-qur’an Tafsir (Yogyakarta:
Lingkar Pena, 1953)
[1]
.fajrul munawir,alqur`an (Yogyakarta:pokja akademik,2005) hlm:7-9.
[2]
.beliau adalah imam Muhammad hamiid alfaruqi alhanafy attahanawy,seorang alim
dan peneliti dari india,lihat kitab al`alam karya imam adz-dzarkaly
jilid:6,hlm:295
[3]
.imam al-dzarkasyi,al-burhan fii `ulum alqur`an,jld:1,hlm:267.
[5].Assayuthi,
alitqan fii `ulum alqur`an,jld:1,hlm:150.
[6]
.para ulama saling berselisih pendapat mengenai kitab-kitab samawi terdahulu
sebelum Alqur`an,apakah diturunkan dalam bentuk surat-surat ataupun tidak,lihat
alburhan fii `ulum Alqur`an,jld:1,hlm:265.
[7]
.QS.Alqiyamah:17-18.
[8]
.al-dzarqany,manahil alirfan,hlm:
[10]
.alitqan fii `ulum alqur`an,hlm
[11]
. Hadits riwayat Imam Abu
Daud attayalisi didalam kitab musnadnya,dari riwayat Imran bin Abi Qatadah, gharib
jiddan.
12.
imam adz-dzarkasyi,alburhan fii `ulum Alqur`an,jilid:1, hlm:172.adapun
mengenai awal surat ini terdapat perselisihan pendapat para ulama dalam hal ini,bahkan
sampai 12 pendapat yang dikemukakan oleh imam adz-dzarkasyi didalam
burhan,untuk lebih rincinya bisa dilihat kitab yang telah kita sebutkan.
[19]
.ibid hlm:19.
[20]
.huruf ini dinamakan dengan huruf almuqatta`at karena huruf2 ini ketika dibaca
tidak sama dengan membaca kalimat lainnya,akan tetapi dia dibaca secara
terputus-putus (muqatta`ah).
[23]
.HR Albukhari didalam kitab shahihnya,no:4702.
[24]
.HR.Albukhari didalam kitab shahihnya,no hadits:4256.
[25] .imam aljauhary, mu`jam
ashshihah, lihat huruf annun,hlm:237
[26] .adzarkasyi,burhan
fii `ulum alqur`an,hlm 45-47.
Komentar
Posting Komentar