makalah mengenai khazanah Islam klasik dan tantangan modern


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt atas segala kebaikan dan kemudahan yang Diberikan, kemudian shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad saw yang telah mengajarkan kepada umatnya apa yang telah diwahyukan.
Modernisasi selalu melibatkan globalisasi dan berimplikasi pada perubahan tatanan social dan intelektual karena dibarengi oleh masuknya budaya impor ke dalam masyarakat tersebut.  Kata global menjadi begitu “in” pada era sekarang ini,Globalisasi dalam bidang apapun itu, selalu bersifat dialektik.Dalam artian bahwa globalisasi satu sisi menawarkan keuntungan dan kemudahan,akan tetapi di sisi lain juga membawa pada implikasi-implikasi negative.Dari sudut pandang lain perubahan merupakan sunnatullah dimuka bumi dan merupakan salah satu sifat asasi manusia dan alam raya secara keseluruhan. Maka suatu kewajaran, jika manusia, kelompok masyarakat dan lingkungan hidup mengalami perubahan,Islam yang merupakan agama rahmatan lil`alamin sebagai agama yang sesuai untuk setiap masa dan tempat tentunya menyambut baik segala bentuk perubahan yang bersifat positive itu,makalah ini sedikit mengurai tentang tantangan yang dihadapi khazanah islam dengan sifat klasiknya terhadap perubahan modernisasi dan pengaruh globalisasinya.
Penulis dalam makalah ini juga membagi pembahasan (KHAZANAH KLASIK DAN TANTANGAN MODERN) dalam dua bagian/bab:dalam bab pertama yang merupakan pendahuluan terhadap makalah penyusun sedikit menceritakan tentang latar belakang makalah,perumusan masalah serta manfaat penulisan,dan dalam bab selanjutnya penulis menceritakan mengenai islam dan tantangan modern dengan menyebutkan beberapa bentuk tantangan bagi islam diera modern dan solusi bagi kaum muslimin dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut,dalam makalah ini penyusun menyebutkan juga pembagian kaum muslimin berdasarkan sikap mereka dalam menghadapi tantangan modernisasi,
Kemudian ucapan terimakasih kami untuk dosen pembimbing DR.M.Tontowy.MA yg telah banyak membantu penyusun dlm menyelesaikan makalah ini,selamat menyimak.
Wassalam,wallahuwaliyyuattaufiiq.
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Islam sebagai sebuah din pada hakikatnya telah memiliki konsep yang jelas,lengkap, dan mencakup segala aspek.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang berlandaskan pada firman dan wahyu tuhan sebagai landasannya, tak terpengaruh oleh budaya dan sejarah manusia.Wahyu dalam islam bersifat otentik,tak terdistorsi oleh sejarah dan peradaban serta budaya manusia.Ringkasnya dari wahyu tuhan yang otentik ini,melahirkan worldview Islam yang menjadi landasan para pemeluknya dalam memandang seluruh kehidupan di dunia dan akhirat ini dalam bingkai Islam.[1]
Namun pihak.Mulai dari para orientalis barat yang tak pernah berhenti untuk mencari titik lemah Islam,kaum kafirun yang selalu memusuhi Islam dari sejak pertama kali diturunkan,bahkan hingga dari golongan umat muslim sendiri yang berbalik memusuhi agamanya sendiri.Yang diserang pun bukan hanya sebatas fisik lagi, sebagaimana pada masa perjuangan nabi Muhammad SAW, melainkan dari segi pemikiran, intelektual, bahkan jiwa dan esensi dari seorang muslim sendiri.
Kemudian para orientalis juga mengkaji ulang Islam sebagai salah satu ilmu pengetahuan, dengan kata lain mengesampingkan berbagai unsur, konsep dan hal-hal lainnya dalam Islam. Dalam hal ini maka posisi Islam disetarakan dengan posisi agama lainnya. Mereka juga mengkaji Islam dengan menempatkannya dalam ranah budaya, sehingga berdampak pada sebuah konsekuensi bahwasanya Islam terikat dengan sejarah dan waktu, serta selalu berubah menyesuaikan dengan konteks budaya dan keadaan manusia yang hidup pada suatu zaman.Selain para orientalis yang menyerang Islam, Kristen juga berusaha untuk melemahkan ummat Islam sekarang. Bila pada zaman dahulu mereka menyerang dengan perang fisik, maka sekarang mereka memerangi Islam dengan cara menjauhkan ummat muslim dari identitas keislamannya, hal ini sebagaimana dikutip dari pernyataan Samuel Zwemmer dalam sebuah konferensi misionaris pada tahun 1935 M. yang berbunyi:"Misi utama kita sebagai orang Kristen bukan menghancurkan kaum muslim, namun mengeluarkan seorang muslim dari Islam, agar jadi orang muslim yang tak berakhlak. Dengan begitu akan membuka pintu kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam. Generasi muslim yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas, dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsunya".[2]
Menghadapi situasi seperti ini, tentu saja kita sebagai ummat Islam tak bisa berdiam diri tanpa mengambil tindakan apapun. Kita perlu mengklasifikasi berbagai jenis tantangan tersebut dan mencari langkah solusi dan pencegahan untuk tetap menjaga Islam sebagai satu-satunya agama yang otentik dari Allah SWT. Disini akan dipaparkan mengenai tantangan apa saja yang dihadapi ummat Islam di era ini beserta solusi untuk menghadapinya.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Didalam makalah ini penyusun akan membahas beberapa hal mengenai tantangan modern terhadap khazanah islam klasik,meliputi:
a.beberapa bentuk dari tantangan modern terhadap islam
b.solusi dalam menyikapi tantangan modern terhadap khazanah klasik islam.
c.sikap kaum muslimin secara umumnya dalam menyikapi tantangan modern tersebut.

1.3 MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini yaitu selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Khazanah Islam,penyusun berharap dengan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita terutama pengetahuan mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi khazanah islam klasik di era globalisasi/modernisasi sekarang ini.
BAB 11 : PEMBAHASAN
            Didalam pembahasan makalah yang singkat ini penyusun akan sedikit membicarakan mengenai tantangan islam di era modern dengan menyebutkan beberapa bentuk dari tantangan itu sendiri serta solusi yang harus dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyikapi tantangan-tantangan tersebut,yang kami rincikan sebagai berikut:
2.1. BEBERAPA TANTANGAN ISLAM DI ERA MODERN
1.Masuknya Konsep Liberal Dalam Pemikiran Islam.
Liberal sendiri secara bahasa berarti bebas [3]. Paham ini pertama kali diterapkan dalam ranah social, politik dan pemerintahan.Namun lambat laun juga memasuki ranah pemikiran intelektual.Paham liberal awal yang pertama digagas oleh Yunani kemudian diambil oleh kaum Barat.Memasuk abad 17 dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang politik,keagamaan,dan ekonomi dari tatanan moral,supranatural bahkan Tuhan.[4]  Dalam ranah agama, mereka berusaha untuk menghapus hak-hak otoritas Tuhan, kebenaran mutlak dan doktrin gereja harus dihapuskan,dan agama menjadi bersifat individual. Penyebabnya karena Barat merasa kebebasan mereka selama ini terus dikungkung dan dibatasi oleh doktrin dan kekuasaan gereja yang mengatasnamakan wakil Tuhan.
Namun sayangnya,paham yang berasal dari dunia Barat ini malah diambil dan diterapkan dalam Islam. Para sarjana-sarjana Islam yang dididik oleh kaum Barat malah terpesona dengan paham liberalisasi ini dan mengaplikasikannya dalam ranah pemikiran Islam. Ini tentu saja tak bisa diterima, sebab berbeda dengan Kristen yang mengkungkung kebebasan para pemeluknya,sebaliknya Islam menjamin kebebasan para pemeluknya sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan.
Dampak dari masuknya konsep liberal ini juga banyak.Munculnya pengingkaran terhadap semua otoritas,bahkan Tuhan dan agama.Sebab otoritas dalam pandangan liberal menunjukkan adanya kekuatan di luar dan diatas manusia yang mengikutinya secara liberal. Berkembang juga inklusifisme agama.Menurut kaum liberal,kita sekarang tak bisa mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar,begitu juga dengan mengatakan bahwa Kristen adalah satu-satunya agama yang benar juga. Dan juga kita tak bisa mengatakan bahwa agama selain itu adalah salah. Menurut mereka semua agama adalah sama, agama-agama bisa berbeda dalam ranah hukum dan syariatnya, tetapi tetap menuju Tuhan yang satu. Agama-agama pada ranah eksoteris bisa berbeda,tetapi pada ranah esoteris sama-sama menuju satu Tuhan yang sama.[5] Dengan kata lain mereka menolak sifat eksklusif dalam suatu agama. Inilah yang akan menjadi dasar dari paham pluralisme beragama.[6]
Masuknya paham liberal dalam ranah intelektual juga menyebabkan setiap orang bebas untuk menafsirkan sebuah teks dan ajaran agama. Setiap orang punya kans yang sama untuk menafsirkan kebenaran,walaupun tanpa memiliki bekal yang cukup.Sehingga lahirlah tokoh-tokoh seperti Nasr Hamid Abu Zaid yang menafsirkan teks-teks agama dengan penafsirannya sendiri.Lahir juga tokoh-tokoh serupa di Indonesia seperti Amin Abdulah, Aksin Wijaya dan sebagainya.Padahal dalam Islam sendiri,tidak semua orang bebas untuk menafsirkan teks Al Quran,ia harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu,seperti : terpercaya, bersifat objektif,menguasai ilmu bahasa Arab,adil dan sebagainya. Ini untuk menghindari penafsiran yang salah akan sebuah teks keagamaan.
2. Ilmu-Ilmu Sosial Menjadi Patokan Utama Dalam Dunia Pendidikan.
Masuknya ilmu-ilmu social dalam dunia pendidikan juga menjadi problematika sendiri,dimana dengan masuknya ilmu-ilmu tersebut semakin menyingkirkan ilmu-ilmu agama dalam dunia pendidikan.Bahkan ilmu-ilmu social juga digunakan untuk memahami suatu agama.Hal ini berkonsuensi bahwa Islam diposisikan sama dengan agama-agama lainnya yang ada. Islam hanya dipandang sebagai objek ilmu pengetahuan, terlepas dari berbagai macam konsep, struktur, dan aturan dalam Islam sendiri.
Ilmu-ilmu social yang sejak awalnya digunakan untuk memahami kondisi social suatu masyarakat, pada akhirnya digunakan juga untuk membedah dan memahami suatu agama. Maka muncullah dengan ini ilmu-ilmu baru seperti sosiologi agama, psikologi agama, dan antropologi agama.


3. Kendala Dalam Memahami Bahasa Arab.
Muncul anggapan dalam masyarakat sekarang bahwasanya bahasa Arab tidak mengandung signifikansi lagi,atau unexpected dan tak profitable lagi.Hal ini disebabkan bahwa mereka memahami bahasa arab bukanlah bahasa peradaban dan intelektual, melainkan hanya sebatas bahasa ritual atau agama.Sehingga menjadikan masyrakat sekarang enggan untuk mendalami dan belajar bahasa arab.Padahal bila kita mengkaji lebih dalam lagi,bahasa Arab memiliki peran yang sangat signifikan dalam gerakan intelektual.Periode penerjemahan berbagai macam cabang ilmu dari bangsa lain seperti Yunani ke dalam bahasa Arab gencar dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim seperti Al Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain sebagainya.Mereka semua menerjemahkan karya-karya berbahasa asing tersebut,kemudian menyaring dan memverifikasinya lagi,barulah hasilnya dapat dipahami oleh masyarakat yang lebih luas.Ini jelas berlawanan dengan anggapan sebagian orang diatas, bahwa pada hakikatnya bahasa Arab mempunyai konstribusi yang besar dalam ranah intelektual dan pengetahuan.
4. Tidak Adanya Perbandingan Antara Peradaban Barat dan Peradaban Timur
Barat sebagai sebuah peradaban tentu berbeda dengan peradaban Islam. Hal ini dikarenakan peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun atas dasar ilmu yang berlandasakan wahyu Tuhan yang otentisitasnya tak diragukan. Dari wahyu Al Quran inilah yang menghasilkan tradisi intelektual dan diaplikasikan dalam seluruh bidang kehidupan.[7] Berbeda dengan barat, peradaban Barat tak dibangun atas dasar ilmu dan wahyu Tuhan, bahkan mereka malah mengesampingkan peran Tuhan dalam kehidupan mereka. Ringkasnya peradaban Barat dibangun atas dasar sekularisme dan penolakan atas hak-hak Tuhan dan agama.
Namun apa yang terjadi berikutnya unsur dan elemen dari peradaban barat tersebut malah diambil dan diterapkan dalam Islam, Maka masuklah unsur-unsur seperti sekularisme, eksklusifisme beragama,pluralism beragama,feminism dan kesetaraan gender dan lain sebagainya.Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kebingungan dalam dunia pemikiran Islam, dimana masyarakat bingung untuk memilih antara dua unsur diatas.
2.2. SOLUSI DALAM MENYIKAPI TANTANGAN ISLAM DIMASA MODERN
1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan (Islamization of Knowledge) adalah gagasan yang diusung oleh beberapa intelektual muslim,yaitu Sayed Muhammad Naquib Al Attas [8] dan Ismail Raji Al Faruqy [9].Menurut Al Attas pengetahuan Barat telah membawa kebingungan dan skeptisime dalam dunia pemikiran. Barat juga telah mengangkat sesuatu masih dalam tahap keraguan dan dugaan ke derajat ilmiah dalam hal metodologi.Kebenaran dalam pandangan Barat tidak diformulasikan atas dasar pengetahuan wahyu dan keyakinan, melainkan atas tradisi budaya didukung oleh premis-premis filosofis yang didasarkan para perenungan-perenungan [10].Disini masyarakat Islam berada dalam kebingungan antara mengikuti tradisi keislaman atau nilai-nilai peradaban barat.
Disinilah letak diperlukannya Islamisasi ilmu pengetahuan. Untuk menyingkirkan unsur-unsur peradaban dan intelektual Barat yang telah mengkontaminasi alam pemikiran Islam. Islamisasi sendiri berarti membawa sesuatu ke dalam Islam atau membuatnya dan menjadikan Islam. Sedangkan Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al Attas adalah melakukan aktifitas keilmuan, seperti mengungkap, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang ilmu terhadap alam kehidupan manusia.[11]
Sedangkan dalam prosesnya, Islamisasi ilmu pengetahuan yang dicanangkan oleh Al Attas mempunyai beberapa langkah yaitu :
a.       Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya  dan peradaban Barat. Unsur-unsur tersebut adalah
A)    Akal sebagai pembimbing kehidupan manusia
B)    Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran
C)    Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler
D)    Membela doktrin humanism
E)     Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia
b.   Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.Konsep utama tersebut yaitu : Konsep Agama, Konsep Manusia, Konsep Pengetahuan, Konsep kearifan dan sebagainya.[12]
2.  Pembangunan Kembali Tradisi Ilmu Dalam Islam
Belajar dari bagaimana Islam pernah mencapai masa kejayaannya di Baghdad, focus gerakan pembangunannya waktu itu adalah ilmu pengetahuan. Dan itu dilakukan secara sinergis, simultan dan konsisten. Ketika membangun bayt al Hikmah misalnya, dimana waktu itu para golongan penguasa, pemerintah, elit bangsawan, militer dan tentunya para saintis kerja bahu membahu dalam pendiriannya.
Dalam konteks umat Islam dewasa ini yang pertama diperlukan adalah membangun tradisi keilmuan Islam yang serius, baik dalam bentuk pusat studi atau universitas Islam yang khas. Tugas utamanya adalah merespon tantangan keilmuan kontemporer dan menjelaskan ulang konsep-konsep dasar Islam yang relevan untuk kebutuhan ummat masa kini.
Skenario ini dapat digambarkan dari pernyataan di bawah ini :
Marilah kita meletakkan scenario hipotesis : Jika kekuasaan Islam tak dilemahkan, dan jika ekonomi Negara-negara Islam tak dihancurkan, dan jika stabilitas politik tidak diganggu.
Dan jika para ilmuwan Muslim diberi stabilitas dan kemudahan dalam waktu 500 tahun lagi.
Apakah mereka akan gagal mencapai apa yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Kepler, dan Newton ?
Model-model planetarium Ibn al Shatir dan astronomer-astronomer Muslim yang sekualitas Copernicus
Dan yang telah mendahului mereka 200 tahun membuktikan bahwa sistim heliosentris dapat diproklamirkan oleh saintis muslim, jika komunitas mereka terus eksis dibawah scenario hipotesis ini.[13]
Maka untuk membangun kembali tradisi ilmu diperlukan paling tidak stabilitas politik dan ekonomi, serta stabilitas Islam yang tak diganggu oleh berbagai pihak. Hal ini dapat terwujud bilamana adanya kerjasama yang sinergis antara berbagai kelompok, saintis, penguasa, militer, elit bangsawan dan sebagainya. Dari produk ini diharapkan lahir komunitas ilmuwan yang aktif tidak hanya memperdalam disiplin ilmu keislaman, tapi juga mengasimilasi dan mengislamisasikan ilmu pengetahuan kontemporer, sehingga menghasilkan disiplin ilmu baru.[14]
2.3. SIKAP KAUM MUSLIMIN DALAM MENYIKAPI TANTANGAN MODERNITAS
Secara garis besar, sikap umat Islam dalam menghadapi tantangan modernitas terbagi pada tiga kelompok,:
1. Sikap distopistik, yaitu orang yang lari dari kenyataan, apatis, pesimis menghadapi tantangan bahkan cenderung mengharamkan kemajuan iptek.. 
2. Sikap utopistik,  yaitu orang yang memiliki optimisme yang berlebihan. Ia berkeyakinan bahwa hanya kemodernan yang bisa menyelesaikan segala masalah.Sikapnya cenderung sekuler. 
3. Sikap moderat,yaitu orang mampu melihat persoalan secara utuh dan komprihensip.Sikapnya sangat terbuka terhadap kemajuan iptek (modernitas) tapi tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama (ketauhidan). Sikap ketiga adalah sikap yang paling ideal. Karena didukung oleh beberapa isyarat Al Qur'an bahwa kaum muslimin, baik laki-laki ataupun perempuan, dinobatkan sebagai khalifah fil ardh (yang mengatur bahkan sebagai decision maker demi kemaslahatan dunia). Untuk bisa melaksanakan kekhalifahan secara mapan,modal utamanya adalah ilmu, hal ini tercermin ketika Allah swt.berfirman kepada para malaikat bahwa Dia akan menjadikan Adam dan keturunannya (manusia) sebagai khalifah.Yang diperlihatkan kepada para malaikat untuk menduduki jabatan khalifah fil ardh adalah penguasaan ilmu.
[15] Penguasaan ilmu merupakan kunci kesuksesan sebagai khalifah fil ardh.Kemudian terlihat pula dalam ayat yang pertama kali diterima Rasulullah saw yaitu lima ayat dari surat Al 'Alaq. Ayat-ayat tersebut menyentuh masalah yang paling essensial dari potensi manusia,yaitu akal dan batin (fikir dan dzikir), juga disebutkan perangkatnya, yaitu iqra (baca, riset, teliti), 'allama(mengajarkan/transfer ilmu), dan qalam (alat tulis/alat penyimpan data/memori). Kalau ayat-ayat Al Qur'an ditelusuri secara seksama, bisa ditemukan bahwa pengembangan dan pengoptimalan intelektual yang berwawasan tauhid sangat mewarnai pesan-pesan Al Qur'an.Ini terbukti misalnya dengan disebutkannya kata ilmu dengan berbagai pecahannya sebanyak 780 kali.Allah swt. mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman[16] .Kemudian, yang paling takut pada Allah adalah orang-orang yang berilmu[17].Berbekal ruh inilah, kemudian kaum muslimin generasi awal membangun fondasi peradaban untuk bisa mandiri. Karena kemandirian merupakan suatu keniscayaan untuk bisa melaksanakan ajaran Islam secara utuh[18] .Akhirnya,fakta historis menunjukkkan bahwa dengan semangat Qur'ani, selama beberapa abad para ulama dan saintis muslim menjadi pelopor ilmu,pembawa obor pengetahuan,bahkan karya-karya mereka dijadikan texbook atau handbook di Eropa selama beberapa abad, sehingga kaum muslimin benar-benar menduduki jabatan khalifah fil ardh. Mampukah kita mengulangi kesuksesan ini di era modern ini?.
KESIMPULAN
Islam dewasa ini menghadapi berbagai macam tantangan, yang ringkasnya terbagi menjadi dua, yaitu Internal dan Eksternal.Eksternal yaitu masuknya paham-paham dari peradaban asing,khususnya Barat,seperti liberalisasi,sekularisasi,dualism,pragmatism, nihilisme,humanism liberal rasionalisme,empirisme dan sebagainya.Sementara tantangan eksternal ada dua yaitu, pertama ketidakberdayaan para cendekiawan menghadapi faham, ideologi, dan epistemologi asing secara kritis.Kedua,kelemahan tradisi pengkajian ilmu keislaman yang dapat memenuhi hajat ummat dimasa sekarang.[19]
Menghadapi suasana seperti ini tentu kita tak bisa tinggal diam.Sebagai ummat Islam kita perlu mengambil tindakan solusi dan pencegahan.Tindakan ini berupa mengadakan Islamisasi ilmu pengetahuan, dan membangun kembali tradisi keilmuan dalam Islam, dimana kedua program ini harus dilaksanakan secara sinergis dengan bantuan dan kerjasama dari golongan elit penguasa,saintis,pemerintah,dan sebagainya, sehingga dapat membangun kembali peradaban Islam yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Agus Syifa, Alex Nanang, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Tinjauan atas Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Faruqy) Jurnal Kalimah, vol 10 no.1, Fakultas Ushuluddin Institut Studi Islam Darussalam, maret 2012.
2.Ma’afi. Rif’at Husnul, Konsep Tauhid Sosial ; Studi Pemikiran Ismail Raji Al Faruqi dan M.Amien Rais,Jurnal Kalimah vol 9 no 1, Fakultas Ushuluddin Institus Studi Islam Darussalam, Maret 2011.
3.Shalahuddin Henri, Alquran Dihujat, Al Qalam, Depok, 2007.
4.Rasjidi, H.M, Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, Kalam Ilmu Indonesia, Depok, 2010.
5.Zarkasyi. Hamid Fahmy, Misykat, Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi, dan Islam, INSISTS dan MIUMI, Jakarta Selatan, cetakan kedua, 2012.





[1] .Wahyu dalam Islam sendiri adalah Alquran, yang baik teks ataupun maknanya diturunkan langsung dari Allah SWT, dan Allah sendiri juga yang menjamin akan keotentikan Al Quran hingga akhir zaman. Disamping itu tradisi menjaga hafalan AL Quran dilakukan secara turun temurun dengan metode yang terpercaya, sehingga mustahil Al Quran mengalami distorsi oleh sejarah dan kebudayaan manusia. Ini berbeda dengan wahyu dalam Kristen, Bibel, ataupun agama lainnya yang mana wahyu ini mengalami perubahan menyesuaikan waktu dan konteks budaya yang melingkupinya. Adnin Armas, Islam Agama Wahyu, bukan Agama Budaya dan Sejarah, INSISTS.
[2].Hamid Fahmy Zarkasyi,Liberalisasi Pemikiran Keagamaan,Proyek Gabungan Kolonialisasi, Kristenisasi dan Orientalisme, hal 26, CIOS.
[3] .Ilan J.Kernermen,Passport English Learner`s Dictionary,hal 205,K Dictionaries ltd.
[4] . Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat, Refleksi Tentang Westernisasi,Liberalisasi, dan Islam, hal 108, MIUMI dan INSISTS
[5] .Paham esoteric dan eksoteris agama ini dikembangkan oleh salah satu pemikir muslim, Fritchuof Schuorn. Dia menggagas ide “Transendent Unity of Religion” yang menyatakan bahwa semua agama menuju satu Tuhan yang sama pada ranah yang transenden, walaupun berbeda pada ranah syari’at dan aturannya. Paham inilah yang kemudian dikembangkan oleh penganut pluralism beragama. Fritchuof Schuorn, Transendent Unity of Religion.
[6] Pluralisme, ialah pemahaman yang memandang semua agama sama; meskipun dengan jalan yang berbeda namun menuju satu tujuan: Yang Absolut, Yang terakhir, Yang Riil. Lihat Fiqih Lintas Agama, Paramadina, Juni 2004, hlm. 65.
[7] .AL Quran sendiri sebagai wahtu Tuhan telah mengandung bakal konsep (seminal concept) tentang al-ilm,al-alim (manusia) dan al ma’lum (alam semesta). Selanjutnya melalui beberapa periode sehingga Al Quran dapat menghasilkan tradisi intelektual. Periode pertama, lahirnya pandangan hidup Islam digambarkan dari kronologi turunnya wahyu dan penjelasan nabi tentang wahyu itu. Periode kedua timbul dari kesadaran wahyu yang turun dan dijelaskan nabi itu telah mengandung struktur fundamental scientific worldview, seperti struktur tentang dunia, tentang ilmu pengetahuan dsb. Periode ketiga lahirnya traidisi keilmuan dalam Islam, yang didasari oleh wujudnya komunitas ilmuwan, dan munculnya kerangka konspe keilmuan dalam Islam. Hamid Fahmy Zarkasyi, Membangun Peradaban Islam Dengan Ilmu. Tanpa penerbit, hal 3-6.
[8] .Sayed Muhamad Naquib Al Attas adalah salah seorang dari pemikir muslim zaman sekarang yang dengan lantang menolak gagasan pluralism dan liberalism.Ia juga pengusung gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan. Dilahirkan pada 5 September 1931 di Bogor, kemudian ia melanjutkan jenjang pendidikannya hingga Institutes Studyof Islamic Studies, Universitas Mc. Gill. Dia juga berpartisipasi dalam pendirian banyak universitas, termasuk Institut of Study for Thought and Civilization (ISTAC), dan menjadi direkturnya.Alex Nanang Agus Syifa,Islamisasi Ilmu Pengetahuan,Jurnal Tsaqafah volume 10, hal 88.
[9] .Ismail Raji Al Faruqy adalah pemikir Islam kenamaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tradisi dan peradaban Barat. Lahir pada 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina, ia melanjutkan studinya sampai maraih gelar Master di Indiana University dan Harvard Universtity. Kemudian ia juga menjadi guru besar di beberapa universitas kenamaan di dunia, dan merancang berbagai pusat-pusat studi Islam d I dunia Islam. Rif’at Husnul Ma’afi, Konsep Tauhid Sosial; Studi Pemikiran Ismail Raji Al FAruqy dan M. Amien Rais, Jurnal Tsaqafah, volume 9, hal 62.
[10] . Alex Nanang Agus Syifa, Op.cit, hal 92

[11] . Ibid, hal 97
[12] . Ibid, hal 100

[13] .Makalah kuliah umum disampaikan pada forum silaturahim lembaga dakwah kampusndaerah ke VII Malang Raya, di kampus ISID Siman, Pondok Modern Gonto, Jum’at 29 Februari 2008.
[14] .Hamid Fahmy Zarkasyi, Sinergi Membangun Peradaban Islam, 10 Tahun INSISTS, hal 20.
[15] .lihat Q.S.AL Baqarah:30-33.
[16] .lihat : Q.S 58:11.
[17] .lihat: Q.S 35:28.
[18] .lihat: Q.S 4:141.
[19] .Ibid hal:16


Komentar

Postingan Populer